karena setiap orang memiliki ruang dalam hati

karena setiap orang memiliki ruang dalam hati...

Senin, 31 Oktober 2011

cerita kala hujan : aku & skripsiku

ya Tuhan... sudah berapa lama ini berlangsung???
aku STUCK di tempat yang sama....
tidak bergerak maju sedikit pun...
mengapa tugas ini semakin lama semakin berat??
apakah aku yang terlalu malas? atau dunia menuntutku terlalu LEBIH??

hari ini aku berdiri dalam hujan... seandainya tidak ada hujan ini, hujan di mataku pasti akan terlihat oleh semua orang...
ha ha haa
seketika aku merasa menjadi BODOH..!!!
kehilangan semangat,
kehilangan tujuan,
kehilangan...

Tuhan,
aku sudah berusaha...
tapi aku tidak tahu, apakah usahaku itu sudah cukup?
Tuhan,
mohon beritahu aku apa yang telah Engkau gariskan...
tapi aku tidak akan memaksa-Mu, Tuhan...
tidak...
tapi, jikalau Engkau berkenan...
mohon restui setiap langkahku, aamiiin...

Kamis, 13 Oktober 2011

after married

MENIKAH DI USIA 22 TAHUN...


sumpah, gw ga pernah ngebayangin hal itu bakal terjadi dalam hidup gw... dulu, gw ngebayangin bakal nikah di umur 25 atau 26. Tapi rencana Allah ternyata lebih cepat...
dari ngurus gedung pernikahan, acara, pakaian, undangan, dan sebagai-sebagainya... ya Allah... ribeeettnyaa... dan semua keribetan itu hanya untuk DUA HARI..!!! hari Akad Nikah dan hari Resepsi...

well, gw sebelum nikah benar2 anak yang manja... ga terlalu bisa ngurus hal yang berbau rumah tangga. Paling yang gw tau itu nyapu, ngepel (itupun rada malas soalnya cepet capek). Gw tau nyuci, tapi pake mesin! Gw ga kuat ngucek pakaian lama2... T_T
Gw juga bisa masak... tapi yang simpel2 aja... mi instant, spageti (kemasan), telur rebus...

Awalnya ngerasa... GILAAAA.... hidup gw nanti bakal gimana?????

dan sampailah gw di titik ini...

"after married"

gw bahagia... JAUH LEBIH BAHAGIA dari sebelumnya.. Soalnya gw ga perlu lagi buang-buang waktu tiap malam buat mikirin "siapa jodoh gw???" ; "kenapa kisah cinta gw ga ada yang sukses" ; "huhuuu, gw sayang dia, tapi kok dia ga sayang sama gw??" ; dan lain lain sebagainya...

tapi, satu hal yang paling gw rasain... ternyata Allah memang menciptakan pasangan yang saling menutupi. Gw orangnya sanguin yang juga cenderung otoriter... dan suami gw orangnya melankolis yang cenderung permisif... Lengkaplah sudaahh...!!
gw orangnya ga tau masak (sepertii yg gw jelasin tadi), tapii suami gw orangnya doyan makan... apalagi cemilan... dan hal itu jadi motivasi gw buat belajar masak.. Beberapa masakan berhasil dengan sukses, tapi beberapa harus berakhir di tempat sampah.. hahahaaa....
dan yang buat gw slalu pengen ketawa, gw orang psikologi... suami gw orang hukum... benar2 sesuatu hal yang sangat bertolak belakang... dan gara2 itu, pembicaraan gw sama dia tentang berita2 di stasiun tv biasanya berakhir dengan perbedaan pendapat... Tapi, untungnya menambah wawasan kita masing2...

setelah menikah, hidup manusia memang cenderung berubah... dan smoga perubahan yg gw alami membuat gw semakin lama semakin baik...

:)

Sabtu, 28 Mei 2011

cerita kala hujan #2

Aku mengambil buku yang tergeletak di atas meja. membolak-baliknya dengan lesu.
Akh, seandainya tadi aku berangkat lebih awal, pasti aku tidak akan terjebak hujan sore ini.

Sebenarnya, terjebak hujan dan terlambat untuk meeting bukanlah hal yang harus kukeluhkan terus-menerus dalam hati. Tapi, terjebak hujan di rumah bersama Ayah adalah satu-satunya alasan mengapa aku HARUS mengeluh dan mengeluh. Aku punya banyak alasan mengapa aku benci Ayah. Yaaa, aku tau dan aku cukup sadar bahwa gara-gara sperma Ayah-lah, aku bisa menghirup udara ini, gara-gara sperma Ayah-lah aku bisa menjadi manusia.
Tapi, semua alasan tentang sperma Ayah, seketika hancur jika aku mengingat seluruh bentuk kekejamannya padaku!!
  • Ayah KUNO
  • Ayah tidak mengijinkan aku main band
  • Ayah selfish
  • Ayah sering tidak setuju dengan pilihanku
  • Ayah tidak setuju jika aku pacaran, dengan siapapun itu
  • Pembicaraanku dengan Ayah, sering berakhir pada pertengkaran atau selisih paham
  • dan lain sebagainya

Aku bertahan di dalam kamar.

5 menit kemudian

Aku BOSAN..!!! dan LAPAR.

Dengan langkah gontai, aku menuju arah dapur. Saat melewati ruang makan, aku melebarkan pandanganku, untung Ayah tidak ada.
Saat lagi asyik memasak mie instan, aku mendengar suara langkah menuju dapur. Tak berapa lama kemudian, Ayah muncul.

"Masak mie yah? Buatin Ayah juga yah. Ayah lapar, Ibumu belum sempat masak sebelum pergi tadi," kata Ayah sambil mengambil air mineral dan berlalu.

Aku hanya melihat dan akhirnya mengeluh dalam hati.

Tidak berapa lama kemudian, aku sudah membawa dua mangkuk mie ke ruang tengah. Aku melihat Ayah duduk di pojok dekat jendela sambil memandang situasi di luar.
Sebenarnya, di tempat Ayah duduk sekarang adalah tempat kesukaanku. Saat pagi atau malam hari, aku suka duduk di tempat itu sambil melihat pekarangan rumah yang ditumbuhi tanaman hijau yang selalu dirawat Mama. Tetapi, karena Ayah duduk di situ, aku mengurungkan niat untuk duduk di situ. Walaupun masih ada 1 kursi kosong di samping Ayah.

Saat aku sedang menikmati makananku, aku tidak merasa bahwa Ayah sudah berjalan ke arahku. Ayah mengambil tempat duduk tepat di hadapanku.

"Tumben yah, hujannya bikin dingin", kata Ayah membuka percakapan.
"Hemm...", jawabku sekenanya.
"Kamu masih tidak suka dengan cara Ayah?"
"Ngga kok"
"Ar, Ayah tidak pernah mau mengekang kamu. Ayah selalu berusaha ingin membebaskan kamu memilih jalan hidup kamu..."
"..tapi buktinya Ayah melarang aku melakukan ini itu kan? Ayah jarang sekali mendukungku saat aku mengambil keputusan", potongku saat Ayah mulai memasang benteng-benteng pertahanannya.

Ayah terdiam
Cukup jelas di telingaku, Ayah sedang menarik nafas panjang.
Udara dingin ini benar-benar semakin membekukan kami berdua.

cukup lama kami terdiam, hingga akhirnya Ayah mulai berbicara cukup panjang...
yah, cukup panjang untuk membuat dadaku sesak oleh kata-katanya...

"Ayah hanya ingin kamu punya lebih banyak kesempatan dibandingkan Ayah. Ayah mau kamu menghadapi lebih sedikit kesulitan, dan tidak tergantung pada siapapun. Kamu tahu Ar, Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa Mama-mu hamil, karena Ayah ingin kehidupan yang nanti kamu jalani tidak berat seperti Ayah, nak.
Kamu tahu? Dulu, bahkan sampai sekarang, Ayah sedikit sedih saat melihat kamu pergi bermain dengan teman-temanmu. Karena Ayah sadar, kalau saat itu kamu akan melupakan Ayah yang selama 4 tahun awal-mu di dunia selalu bermain bersamamu.
Selama ini Ayah bukannya tidak mau kamu menjadi anak band. Tetapi, Ayah menganggap kamu bisa LEBIH daripada sekedar menjadi anak band. Jadilah orang yang lebih kuat dan tegar daripada Ayah. Gali potensi kamu. Ayah yakin, kamu bisa mencapai hal yang lebih baik dari itu.
dan kamu tahu nak? Ayah bukannya tidak setuju dengan perempuan pilihanmu. Tapi Ayah berharap jika kamu memilih ibu untuk anak-anakmu kelak, adalah wanita yang lebih baik dari Mamamu. Suatu saat nanti, berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah Ayah beri padamu."

Ayah tersenyum.
Ayah kemudian berdiri dan menepuk pundakku tiga kali.
Aku tahu, saat Ayah menepuk pundak seseorang sebanyak tiga kali, itu artinya "Aku percaya padamu"

Aku melihat Ayah berlalu dari ruang tengah, dan kemudian mengambil sweater rajutan Mama di sofa dekat jendela.
Saat pandanganku belum lepas dari Ayah,
Ayah berbalik, "Hujan hari ini sepertinya benar-benar menjadi rahmat buat Ayah dan kamu, nak", katanya sambil tersenyum.
Dan di balik senyumnya, aku melihat sangat jelas, ada air mata yang mengalir di pipinya.

ya, Ayah...
hujan hari ini adalah rahmat...

Senin, 09 Mei 2011

cerita kala hujan #1

aku memandang ke jalanan dari jendela kamarku
yah, aku cukup gelisah membayangkan bagaimana caraku melalui malam ini.
berbagai macam alasan, kata-kata bijak, dan kalimat-kalimat pembenaran telah kususun sedemikian rupa untuk mempertahankan posisiku.

yap, POSISI-KU..!!

hujan di malam ini cukup deras.
matahari seolah tidak pernah ada siang tadi.
yah, hujan yang menghasilka udara dingin ini cukup bisa membekukan kemarahanku tadi sore.

"AKU MAU KITA PISAH. TITIK!!!!", teriakku dengan sangat lantang di ruang tengah rumah kami.


"tapi kenapa sayang?"
"...."
"kamu kenapa? ada apa dengan aku? kamu mau kita pisah? cerai? tapi aku ngga tau masalah kita apa...", ucapnya dengan kata yang sangat pelan.
Sangat menandakan bahwa dia telah mengenalku dengan baik. Dia telah mengerti bahwa aku tidak bisa dilawan dengan kemarahan.


"POKOKNYA.... AKU.... MAU.... KITA... CERAI", tegasku.


"tapi kenapa?"


aku menatapnya.
berusaha menatapnya dengan tatapan yang sangat tajam.
aku berusaha membuat tatapanku semakin sinis, "KARENA AKU SUDAH MUAK!!! KAMU SELINGKUH!!!"


"apa??? selingkuh??? tapi kamu dengar da...."


"NGGA PERLU TAU AKU DAPAT KABAR DARI SIAPA!!! AKU PERGI DARI HIDUP KAMU", potongku segera. sebelum dia berusaha menggali pikiranku.

aku menarik napas panjang. berusaha memasukkan udara sebanyak-banyaknya dalam paru-paruku.

ini akan menjadi sangat berat, dirinya, orangtuaku, orangtuanya.... ouchhh!!!!

untuk memutuskan hubungan ini... SULIT!!!!

hatiku sungguh perih...
tapi di sisi lain,
hatiku sedang ditumbuhi bunga-bunga liar...

aku tersenyum

sekali lagi aku melihat jalanan yang semakin basah oleh hujan.
sementara aku memandang situasi yang dingin itu, mataku terpaku pada dua orang sosok anak kecil, laki-laki dan perempuan. kuperkirakan usia mereka 10-13 tahun.
si anak perempuan mendekap bungkusan kantongan di dadanya, sedangkan anak lelaki itu berusaha mencari sesuatu dalam bungkusan lainnya.
aku masih memandangi mereka, sampai akhirnya si anak lelaki menyelimuti si anak perempuan dengan sebuah jaket.

aku tersentak

pikiranku kembali melayang...

saat itu hari juga hujan...


"kamu kedinginan yah?"


aku menggeleng, berpura-pura kuat, tetapi sedetik kemudian, aku merasakan sesuatu yang hangat menempel di pundakku. saat aku melihatnya, dia tersenyum, "aku kepanasan sayang! tapi aku ga punya tenaga buat megang jaket itu, jadi aku titip di pundak kamu yah? ga pa-pa kan?"


aku tersenyum


di hari yang lain,


"eh, tau ngga, si Tono mau nikah loh..!" katanya saat kami makan siang berdua di restoran fastfood
"oh ya?? sama pacarnya yang waktu SMP yah sayang?"
"iya, betah juga yah dia? hehee..."
aku tersenyum sambil menikmati makananku
"kita nikah juga yuk sayang!"
aku menatapnya dengan tatapan yang sangat sangat sangaaatt bodoh, dengan mulut yang masih penuh
"mau ngga?" .. "nikah sama aku, yah??" sambungnya.
aku mengunyah makananku dengan cepat, kemudian mengatur napas, dan menganggukk

pikiranku kembali ke bumi

aah, aku baru sadar...

dia telah membuatku jatuh cinta

aku mungkin LUPA...
LUPA bahwa dia mencintaiku dengan sangat
LUPA bahwa aku mencintainya dengan sangat

tapi, saat ini... ingatanku kembali.

aku mengambil handphone yang sedari tadi sengaja aku matikan.
aku mengetik nomer handphonenya,

"halo? sayang...", ucapku... tetapi kemudian aku diam tak tahu ingin mengatakan apa

"aku mencintaimu, bahkan aku tak tahu bagaimana caranya agar aku bisa tidak mencintaimu" katanya

Rabu, 20 April 2011

Lelaki Kiriman-NYA

Suatu hari yang lalu, pekerjaan di kantorku lagi ringan-ringannya... tetapi kepalaku lagi sedang buntu-buntunya.. karena pernikahan yang akan kujelang sesaat lagi... yaah, hal itu membuatku sedikit 'pusing'
ditengah kepusinganku, Bu Manager'ku memanggil...
aku pikir ada apa... jangan-jangan tambahan pekerjaan.. padahal jam sudah menunjukkan pukul 5 teng, yang artinya "it's time to go home"!!
saat aku masuk, rupanya bu manager memanggil buat makan ubi goreng :) *senaaaang* hehehee
dan mungkin... karena Bu Managerku ini adalah Psikolog, beliau ternyata bisa membaca situasi kepalaku...
setelah konsultasi ini-itu, aku keluar dari ruangannya dengan tersenyum.
beberapa saat kemudian... aku menerima e-mail dari beliau...
 
Lelaki Kiriman-NYA

Barangkali takdir telah bicara
Dia datang dari langit buatmu
Dan pandangan matanya memang buatmu...
(Nyanyian Kasmaran - Ebiet G. Ade)

Dalam sebuah kegalauan, aku pernah memohon agar Allah memberiku jodoh lelaki yang bisa membawaku ke jalanNya, menjadi “sparing partner” dan bisa mengubah tabiatku yang keras kepala dan egois. Aku sempat lupa pada doaku ini. Namun setelah melewati perjalanan hidup dengan seorang lelaki kirimanNya, satu per satu benang doaku terurai dan terjawab. Aku baru memahami bahwa Allah benar-benar mengabulkan doaku yang satu ini.
****
Di awal pernikahan, tak ada yang mudah. Semua teori psikologi tentang hubungan antar manusia yang banyak aku pelajari selama kuliah, buyar. Tak ada yang bisa kuterapkan untuk diriku sendiri dan untuk hubunganku dengannya. Ego yang besar saling berperang ingin jadi pemenang. Aku tak mau mengalah. Banyak malam-malam yang aku habiskan dengan penyesalan, kegalauan dan ketakutan akan kesalahan mengambil keputusan untuk meniti hidup bergandengan dengannya. Kutakut genggaman itu akan mengendur, kemudian terlepas…


“Kalau kamu nggak niat masak, bilang… aku bisa makan di luar”
Ya, Ampun… kok begitu banget sih ngomongnya. Masakanku mungkin tidak enak, tapi aku sudah berusaha. Tapi kenapa harus bicara begitu?... Aku benar-benar kaget dibuatnya. Dan buntutnya aku pasti marah besar dan akan berakhir dengan punggung yang berbalik di peraduan.


 “Jangan terlalu cengeng. Tak perlu bilang kangen”,
Begitu katanya ketika aku mengungkap kerinduan padanya.
Saat itu dia harus meninggalkan aku untuk bertugas beberapa bulan di luar kota. Ampun deh... apa istri sendiri tidak boleh bilang kangen?... Aku marah-marah dan akhirnya pesawat telepon yang jadi sasaran. Kubanting tanpa ampun!


”Jangan bersuara keras padaku, aku suamimu!”
So what gitu loh? (menirukan istilah anak muda sekarang), kata Egoku waktu itu. Ini jamannya emansipasi. Apa aku tidak boleh punya pendapat? Apa aku tidak boleh mendebat?... Urat leherku seperti hampir putus meneriakkan protesku.


Jangan lupa sholat
”Sudah sholat belum?”
”Kapan kamu akan menutup auratmu?”
Ihhh... cerewet banget sih. Aku ini manusia dewasa yang tak perlu selalu disuruh untuk urusan yang satu itu. Itu urusanku dengan Allah, teriakku dalam hati. Nanti juga kalau suatu saat aku sudah siap, akan kututup auratku!

****

Dia memang tak pandai berkata-kata. Itulah kekurangannya. Dia berbicara apa adanya dan seringkali tanpa penjelasan panjang tentang maksud perkataannya. Mungkin karena asalnya dari nun jauh di Timur Indonesia, wataknya cenderung keras, blak-blakan dan apa adanya.
Awalnya aku selalu protes dengan sikapnya yang tidak bisa kuterima. Aku tidak bisa menghadapi sikap kerasnya. Kulawan dengan keras juga. Bisa dibayangkan bagaimana hasilnya kan?...

Tapi dalam pergulatan panjang dan perenungan, banyak hal yang kusadari dan akhirnya kumengerti darinya. Ketika egoku sudah mulai bisa kuatasi, teriakan-teriakan marahku berkurang, aku mulai bisa melihat dengan tenang dan jernih tentangnya. Dan aku mulai bisa ”mendengar” perkataannya dengan lebih jelas.

****

”Aku ingin kamu mau belajar masak, karena aku tidak suka makan di luar. Aku ingin kita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah”
Oh... ternyata itu maksudnya.
Kalau bukan karena omongannya dulu, aku pasti tidak akan bisa masak sampai sekarang. Dulu, untuk membedakan kencur dan kunyit pun aku tak bisa. Aku memang tak suka memasak. Dulupun oleh Ibuku, aku tak boleh masuk dapur.
”Yang penting belajar dan jadi orang pintar”, begitu kata Ibuku.
Karena omongannya yang ”nyelekit” aku jadi benar-benar termotivasi dan berusaha untuk belajar masak (untung termotivasi ya? Coba kalau ngambek, nggak bakal masak deh seumur hidup...). Selama 3 bulan aku di-drill ibu mertua untuk belajar masak apa saja. Sekarang, setiap sabtu dan minggu, dia hanya ingin dimanja dengan masakan istrinya. Tak ingin yang lain lagi katanya, hehe... Untunglah. Coba kalau dia hobby kelayapan makan di luar seperti suami-suami lain, bisa bangkrut deh!

”Aku tidak ingin kamu cengeng dan tergantung sepenuhnya padaku. Kamu harus bisa belajar menjadi istri dan Ibu yang tegar, yang siap aku tinggal kapan saja”
Aku mengerti maksudnya, sangat mengerti. Dia ingin aku mandiri dan tegar mengarungi hidup dengannya, karena pekerjaan yang dijalaninya beresiko nyawanya. Dia ingin aku siap ditinggalkannya kapan saja. Ya Allah, saking besarnya Ego-ku, dulu aku tak pernah mampu mencerna maksudnya dengan baik.


”Kerinduan dan cinta tak perlu diumbar dengan kata-kata. Apa gunanya kata-kata kalau dalam hati tak ada?”
Dulu aku selalu menuntutnya untuk mengungkapkan cintanya padaku. Sekarang tidak lagi.
Buat apa kata-kata kalu ”hadija” alias ”HAnya DI bibir saJA”? Yang terpenting buatku sekarang, dia selalu ada di sisiku dan selalu memberikan yang terbaik untuk aku dan anakku. Apa yang dilakukannya untuk kami lebih penting daripada sekedar kata-kata.

”Dalam aturan agama kita, aku adalah pemimpin dalam rumah tangga. Kamu akan berdosa kalau membantahku dan akan mendapatkan balasan Surga kalau mematuhi suamimu”
Maafkan aku.
Pengetahuan agamaku yang tidak mendalam membuat aku lebih menjunjung kesetaraan gender yang lantang diteriakkan dari negeri Barat sana. Dulu, aku menganggap dengan mematuhimu akan merendahkan harga diriku. Namun aku paham sekarang, bahwa sebagai suami kedudukanmu memang lebih tinggi dariku. Dan balasan tertinggi dari Allah, Akhiratul Jannah, adalah bagi istri solehah yang patuh pada suaminya.


”Jangan berani meminta kepada Allah, kalau kamu belum menjalankan kewajiban sebagai umatNya”
Hhhh... selama ini, bagiku urusan dengan Tuhan adalah urusan pribadiku denganNya. Dan seringkali menjadi alat tawar-menawarku denganNya. Aku hanya sholat kalau sedang banyak masalah. Sujudku akan panjang kalau aku sedang ada keinginan. Sholat menjadi sekedar kewajiban untukku. Kebanyakan juga masih belang belonteng dan sering tidak tepat waktu.

****
Banyak hal yang kupelajari darinya dalam langkahku untuk memperbaiki diri. Tentang kehidupan, pengertian, jalan Tuhan, kebenaran, keyakinan... Memang aku akui, pada awalnya sangat berat menjalani hidupku dengannya. Berat karena aku tersandung oleh besarnya Egoku dan kegelapanku akan ajaranNya.

Aku tak meragukan lagi bahwa Allah telah menjawab doaku dengan mengirimkannya untukku. Tak terbayangkan apa jadinya aku kalau tak bertemu dengannya. Mungkin aku akan semakin jauh, jauh dan jauh dari jalanNya. Mungkin kualitas diri dan imanku tidak akan bertambah tanpa bimbingannya. Jawaban-jawaban yang kucari semua ada padanya. Sesungguhnya, dialah lelaki dalam doaku.

Ia tetap keras dan blak-blakan. Tak pernah berubah.
Itulah dia, kucintai dia komplit satu paket.
Karena dia adalah kirimanNya yang terindah...

Bukit Cengkeh 1 Juli 2005

Fauziah Zulfitri


***

:)

terkadang, sebagai manusia yang punya keterbatasan, kita tidak bisa melihat segala sesuatu secara keseluruhan...
kita mungkin hanya bisa meyakini bahwa Allah tidak pernah memberi sesuatu yang sia-sia pada hambaNYA...

Senin, 18 April 2011

hari yang menakjubkan

aku sebenarnya ngga jago nulis
aku dulu punya blog, tapi sudaahh lamaaaa skalii.. sampai2 lupa ini-itunya
daann aku mulai nulis lagi karenaaaaaaaaaaa...
kantorku ga punya akses ke situs2 jejaring sosial...

hari iniii... aku pengen nulis KARENAAAA
hari ini adalah hari yang sangat menakjubkan, buatku tentu saja..

hampir SEMUA ORANG sangat menjengkelkan!!!!!!!!!!!!!!